ANDA PUNYA SEBUAH KARYA TULIS? Kirim ke tawuran@ymail.com

Natal dan Dialog Islam-Kristen  

Jumat, 16 Januari 2009

tantawi.jpgDalam Natal kali ini, sebagai muslim, saya ingin mengucapkan selamat hariNatal yang kudus bagi semua pemeluk agama Kristiani. Bagi saya pribadi, ucapan selamat tersebut sangat penting untuk menghormati kelahiran Nabi Isa (Yesus), nabi umat Kristiani dan umat Islam. Sikap tersebut jugabentuk pengamalan dari salah satu ayat Al-Quran yang tidak memperkenankanorang-orang beriman membeda-bedakan nabi-nabi Allah (la nufarriq bayna ahadin min rusulih).


Menjelang Natal tahun ini di Doha, Qatar, dilaksanakan Muktamar Dialog
Islam-Kristen. Tampil sebagai pembicara Syekh Besar Azhar Dr Sayyid
Tantawi; pemimpin Kristen Ortodoks Mesir, Bapa Shanouda III; pemikir Islam
terkenal, Dr Yusuf al-Qaradlawi; Kardinal John Touran, utusan dari Gereja
Katolik Vatikan; dan beberapa pemikir Islam dan Kristen.

Perdana Menteri Qatar Syekh Abdullah bin Khalifah al-Tsani dalam
pembukaannya menyatakan, muktamar ini telah dilaksanakan dua kali di
Qatar. Tujuannya untuk memperkuat gagasan dialog Islam-Kristen, menemukan
al-qawasim al-musytarakah (titik-titik temu) antara dua agama tersebut,
dan menepis asumsi adanya peperangan dan kekerasan yang mengatasnamakan
agama.

tantawi.jpgSedangkan Sayyid Tantawi menegaskan bahwa setiap agama ditegakkan atas
prinsip kebebasan, bukan paksaan. Menurut dia, agama dan pemaksaan seperti
dua kutub magnet yang bertolak belakang dan tidak akan pernah bisa
bertemu. Sedangkan Bapa Shenouda III berharap muktamar ini menghasilkan
program nyata. Dialog Islam-Kristen ditegakkan di atas kemaslahatan
bersama dan menuju cita-cita bersama pula.

Modal utama dalam dialog antaragama adalah budaya qabul al-akhar (sikap
menerima yang lain). Seperti ditegaskan Dr Milad Hanna, peraih Simon
Bolivar Prize 1998, budaya ini dimulai dari saling memahami dan membuka
diri. Nantinya jalan menuju qabul al-akhar akan terbuka
sendiri. Jika kita telah memiliki budaya qabul al-akhar, kita akan
dianugerahi hubb al-akhar (mencintai yang lain). (Milad Hanna, Cairo:
2000, 93.)

Suasana kehidupan beragama di Mesir bisa dijadikan panutan. Kerukunan umat
beragama menjadi tradisi yang mengakar kuat dalam masyarakat. Tradisi
tersebut bersumber pada karakteristik masyarakat Mesir yang toleran,
terbuka, dan kosmopolit. Apalagi Mesir dikenal sebagai melting pot
bermacam-macam peradaban: Mesir Kuno (Firaun), Yunani-Romawi,
Kristen-Koptik, Islam, Laut Mediterania, Arab, dan Afrika. Selain Mesir
memiliki julukan yang telah masyhur, umm al-dunya (induk peradaban), Milad
Hanna menyebut Mesir sebagai akumulasi serpihan-serpihan peradaban
(tarakumat li raqa’iq min al-hadlarat).

Maka sudah saatnya umat Islam dan Kristen saling memahami ajaran agama
masing-masing. Saling memahami merupakan titian yang akan menjembatani
jurang pemisah antara Islam dan Kristen.

Setiap dialog antaragama mutlak melahirkan sikap terbuka dan menerima.
Tapi, jika dialog antaragama semakin mempertebal sikap fanatik dan curiga,
dialog tersebut adalah dialog yang gagal dan mandul.

Sebagai seorang muslim, saya akan mulai memahami ajaran Kristen dengan
pemahaman yang saya miliki. Ada tiga poin ajaran Kristiani tapi bisa
dipahami melalui ajaran Islam, yaitu mengenai kehadiran Tuhan, penyaliban
Yesus, dan ajaran cinta kasih. Selama ini, dua ajaran pertama–kehadiran
Tuhan dan pengorbanan Yesus–bagi umat Islam merupakan ajaran yang
kontroversial.

Pertama, tentang kehadiran Tuhan. Firthjof Schuon dalam bukunya, Filsafat
Parenial, berpendapat bahwa ketegangan antara teologi Kristen dan Islam
itu karena teologi Kristen lebih menekankan kehadiran Tuhan, sedangkan
teologi Islam menekankan keesaan Tuhan. Umat Kristen lebih mementingkan
Tuhan itu hadir dalam kehidupan manusia; kalau perlu, menjelma menjadi
manusia. Sedangkan umat Islam mementingkan Tuhan itu esa. Pilihan umat
Islam terhadap konsep keesaan Tuhan pada dasarnya sebagai perlawanan
terhadap konsep teologi Kristen.

shenouda.jpgTapi apakah Islam tidak berbicara tentang kehadiran Tuhan? Menurut saya,
konsep kehadiran Tuhan juga merupakan ajaran yang inti dalam Islam.
Sayangnya, konsep ini dikubur para teolog Islam. Makna kehadiran Tuhan
dalam Islam bisa dipahami melalui ayat-ayat Al-Quran sebagai “kalimat”
Tuhan. Dan Isa (Yesus) disebut dalam Al-Quran sebagai “kalimat” dan “ruh”
Allah. Paham yang mengatakan bahwa Al-Quran mengandung unsur-unsur
ketuhanan disepakati oleh mayoritas pengikut teologi Islam (ahl sunnah wal
jama’ah). Maka Al-Quran merupakan bukti kehadiran Tuhan sebagaimana Yesus
sebagai bukti kehadiran Tuhan.

Al-Quran juga menegaskan bahwa Allah hadir dan bersama manusia, wa huwa
ma’akum aynama kuntum
(dan Dia [Allah] bersama kalian di mana pun berada).
Allah hadir dan lebih dekat dari urat leher (aqrab min habl al-warid)
manusia. Nabi Muhammad menegaskan bahwa Allah turun ke langit bumi di
sepertiga malam untuk menemani hamba-hamba-Nya yang sedang bermunajat.

Dalam hadis qudsi (makna dari Allah lafadz dari Muhammad) disebutkan bahwa
Allah hadir dan bersama orang-orang yang menderita dan tertindas, orang
sakit, miskin, lapar, dan lain-lain. Jika umat-Nya ingin menemui dan
bercengkerama bersama-Nya, kebersamaannya dengan orang-orang tertindas
tadi merupakan kebersamaan dengan Tuhan (Nashaihul ‘Ibad, 1993: 3).

Kedua, peristiwa penyaliban Yesus merupakan peristiwa yang kontroversial
dalam ajaran Kristen dan Islam. Siapakah yang disalib? Bagi umat Islam,
bukan Isa (Yesus), tapi bagi umat Kristiani adalah Yesus. Saya ingin
mengajak umat Islam dan Kristiani menghindari perdebatan teologis klasik
tersebut. Menurut saya, yang lebih urgen adalah kontekstualisasi peristiwa
tersebut dalam kehidupan sekarang sebagai hikmah pengorbanan. Pemaknaan
kembali urgensi pengorbanan merupakan “titik temu” antara ajaran Islam dan
Kristen.

coptic1.JPGPerjuangan dan pengorbanan dalam Islam bisa berbentuk harta atau jiwa.
Tapi pengorbanan jiwa merupakan pengorbanan yang tertinggi dan disebut
mati syahid. Proses perjuangannya disebut jihad. Namun, makna jihad jangan
dipahami secara kaku dan sempit. Jihad bukan aksi-aksi terorisme dan
kekerasan atas nama Tuhan dan agama. Jihad adalah perjuangan menegakkan
keadilan dan kebenaran hingga titik darah penghabisan. Begitu juga seorang
Kristiani yang ingin mengikuti jejak pengorbanan Yesus tidak harus mati
disalib. Tapi bagaimana ia mampu memperjuangkan kebenaran dan keadilan,
menebar cinta kasih, dan membangun kedamaian dengan risiko nyawa
sekalipun.

Umat Islam tidak bisa menolak bahwa penyaliban tersebut sebagai penebusan
dosa. Sebab, Islam sendiri mengakui adanya syafaat (pertolongan) dari Nabi
Muhammad kepada umatnya di hari kiamat. Umat Islam akan menerima ampunan
dari Allah jika ia menerima syafaat dari Nabi Muhammad, sebesar apa pun
dosanya, sepanjang dia pernah mengucapkan syahadat.

Ketiga, dua aliran ajaran Kristen dan Islam bertemu di muara cinta kasih.
Memang cinta identik dengan ajaran Kristen, sedangkan ajaran Islam identik
dengan rahmat. Tapi kata “rahmat” berasal dari bahasa Arab yang berarti
kasih. Tidak ada perbedaan antara cinta dan kasih. Biasanya kita memadukan
dua kalimat tersebut: cinta kasih.

Ajaran cinta kasih merupakan esensi dari ajaran agama-agama di dunia.
Syekhul Akbar Ibnu Arabi, seorang sufi muslim asal Andalusia (Spanyol),
bersenandung dalam Tarjuman al-Asywaq: Wa laqad shara qalbi qabilan kulla
shurah/fa mar’a li ghazlan wa dirun li ruhban/Wa baitun li awtsan wa
ka’batu Thaif/wa alwahu tawrat wa mushhaf al-quran/Adinu bi din al-hubb
anna tawajjahat/raka’ibuhu fa al-hubb dini wa imani
(Sungguh! Hatiku telah
sanggup menerima segala rupa/ia adalah padang rumput bagi kijang dan
biara bagi rahib/Candi bagi penyembah berhala dan Ka’bah bagi yang
bertawaf/ia adalah lembaran-lembaran taurat sekaligus mushaf Al-Quran/Aku
memeluk agama cinta, kuhadapkan dan kuserahkan diriku/pada perjalanannya,
Sungguh! Cinta adalah agama dan imanku)

AddThis Social Bookmark Button
Email this post

Design by Amanda @ Blogger Buster